Senin, 02 Maret 2015

(NITANAYOUNG!) I must know the truth , this love right? - Part 5

Mumpung gue lagi gasibuk, jadi gue lanjutin aja ini cerbung terus menerus. Ntar kan kalo gue udah sibuk, pasti tiga mingguan bahkan berbulan-bulan baru nge post! muehehe.
Hah! ini diaaaaa!!! Happy reading! siapkan tisu jika anda gampang mellow. Semoga aja dapet fellnya ya!



Facebook        : Nita Yoonita Hanifah
Twitter           : @gbhnmnb @nitaahaniita_ (Lagi ga aktif)
Line                : @nitaahaniita
PIN                 : 7FCAA2C8
IG                   : @nitaahaniita
Ask.fm            : @nitaahaniita


-Part 5

Viona berbaring di tempat tidurnya. Matanya fokus menatap atap kamarnya yang putih bersih. Ia membayangkan bagaimana masa kecilnya, masa saat ia tidak perlu memikirkan masalah cinta. Yah, tau sendiri bagaimana masalahnya saat ini. Tanpa ia sangka Mahesa menyatakan cinta padanya, padahal selama ini ia selalu bertengkar dengan Mahesa, ia sadar bahwa Mahesa sosok laki-laki yang baik dan perhatian padanya, walau kadang menyebalkan. Tapi itulah yang membuat dirinya tertawa lepas, ya karena siapa lagi, karena Mahesa. Ah tunggu, apa perhatian Mahesa terhadapnya itu sebuah kode bahwa Mahesa menyukai dirinya, apa dirinya tidak peka terhadap perlakuan Mahesa padanya. Sudah hampir tiga tahun ia bersama Mahesa, sebagai seorang musuh sekaligus sahabat. Apa ia tidak begitu peka?. Ah! sudah tiga tahun juga ia menyukai Alvin, ya tiga tahun kurang lah. Sosok Alvin, ia kembali menerawang masa kecilnya, ia sedang bermain kala itu, di sebuah taman, bersama seorang laki-laki seumuran dengannya.
"Adit, yang bener dong main volinya" kesal Viona
"Kamu yang gabener lemparnya" balas laki-laki itu, Adit
"Kamu kan cowok, masa gabisa nangkap lemparan aku!"
"Iya piooo, coba sekali lagi"
"Vio tau bukan Pioo" rutu gadis mungil ini
Vio melemparkan bola volinya keatas, terlalu jauh, hingga Adit tak bisa menggapainya
"Tuh kan, kamu gabisa nangkap bola aku"
"Ketinggian" sahut Adit
"Kamu kan tinggi, aku aja sepundak kamu" ucap Vio sambil melipat kedua tangannya di dada dan mengerucutkan bibirnya
"Pio marah sama Adit?" tanya Adit polos, ya memang dia polos, masih berumur 6 tahun
Vio berlari mengambil bola voli yang tadi di lemparnya
"Ih! Adit nyebelin banget sih!" katanya sambil melempar bola itu pada Adit, tepat mengenai kepalanya
"Pio jahat banget sih!" rutu Adit sambil mengusap kepalanya
"Adit ngambek ah!" lanjutnya
"Vio juga ngambek!" balas Vio
"Eh kok gitu?" tanya Adit
Vio pergi dan duduk di pinggir lapang
"Jangan ngambek pioo, ayo main lagi" bujuk Adit yang sudah duduk di depan Vio
Vio menggeleng, "gak ko, asal kamu janji" ucapnya
"Janji apa?"
"Jangan pernah tinggalin aku, jangan pergi jauh dari aku, tetep disini sama aku" kata Vio
Adit mengangguk. "Gaakan pernah! Kalaupun aku pergi aku pasti kembali, kembali ke kamu"
Viona tersenyum.

"HHH" Viona menghembuskan napas beratnya setelah membayangkan masa lalunya tadi
"Alvin, lo Adit bukan sih?" katanya dalam hati
"Gue kangen sama lo, lo inget janji lo?" batinnya
"Gue mau umur 17 taun sekarang, lo pasti udah umur 17 ya? berarti 11 taun sudah kita berpisah"
Viona memejamkan matanya, setetes airmata jatuh di pelupuk matanya. "Datang ke mimpi gue, kalo lo gabisa datang di kehidupan gue" gumamnya

----------------------

Alvin membuka matanya perlahan, ia mengerjapkannya beberapa kali. Rupanya ia masih di danau ini,tempat pertama kali ia bertemu dengan bidadari kecilnya itu.
"Pioooo" katanya tersenyum
"Haha, pioo bidadari kecilku, udah lama rasanya gue ga ngomong kaya gitu, lo nya gaada sih" kata Alvin
Alvin merogoh ponsel di saku celananya, "jam 10 malem astaga" ucapnya
Alvin segera memasuki mobilnya dan melaju ditengah kegelapan malam ini.

------------------------

Via, Al, dan Zaza berjalan memasuki kelas bersama-sama. Kebetulan mereka berpapasan tadi saat di depan gerbang.
"Akhirnya kalian datang juga!" sahut Mahesa sambil menepuk tangannya
"Kenapa lo?" tanya Zaza jutek
"Yaelah mba, Vioo mana Viooo?"
"Masih dijalan kali" acuh Al
"Issh"
"Ah minggir lo, kita mau lewat" kata Silvia
Mahesa meminggirkan tubuhnya, "Ih!"

----------------------

Vio tertegun saat berhadapan dan tak sengaja bertatap mata dengan sosok pria ini.
"Hai" sapa Vio canggung
"Hai" balasnya tersenyum
"Mau ke kelas?"
Pria ini mengangguk "Yuk bareng" ajaknya
Viona mengangguk dan munculah semburat merah di pipinya

---------------------

Setelah Al,Via, dan Zaza masuk ke kelas, Mahesa memutuskan untuk menungggu Vio di depan gerbang. Baru saja ia melangkah keluar, ia melihat Viona sedang mengobrol dengan seorang pria di sampingnya.
"Hai Vi" sapa Mahesa setelah berada di depan Viona dan juga... Alvin.
"Eh, hai" balas Viona canggung
"Gue duluan ya" kata Alvin langsung pergi ke kelasnya yang berda tepat di sebelah kelas Viona.
"Gue mau ngomong" ucap Mahesa setelah Alvin pergi
"Ngomong aja"
"Ngomongnya di taman belakang aja ya"
Viona mengangguk.
"Jadi?" tanya Viona setelah duduk berdampingan dengan Mahesa di kursi taman yang masih sepi ini
"Emm, lo udah ada jawaban?" tanya Mahesa hati-hati
Viona diam sebentar,
"Mahesa, gue minta lo jangan terlalu berharap dan nunggu jawaban dari gue" ucapnya
"Kenapa?"
"Gatau"
Mahesa mengeryitkan dahinya,
"Gue sih sebenernya pengen lo tetep jadi sahabat gue, ya lebih tepatnya musuh gue"
"Galebih?"
Viona menggeleng lemah
"Jadi dengan ini, lo nolak gue secara tersirat?"
"Gue gatau mahesa, gue masih butuh waktu, ya bener-bener butuh waktu. Tiga hari aja"
"Terus tadi apa? lo bilang cuma nganggep gue galebih dari seorang sahabat"
Viona benar-benar tidak bisa menjawab apa-apa kali ini.
Mahesa yang menyadari bahwa terlalu menekan gadis ini, langsung menggenggam tangan si gadis
"Maaf" lirih Mahesa
"Gue ga maksa ko. Gue gaakan nunggu jawaban lo, dan lo gausah jawab pertanyaan gue kemaren. Gue gamau ngasih lo waktu tiga hari. Gue cuma mau lo lupain soal kemaren itu. Kita kaya dulu lagi ya" ucap Mahesa sangat sangat lembut
"Gue yang harusnya minta maaf sama lo" gumam Viona
Mahesa mengusap puncak kepala Viona pelan,
"Udah ah!  hussshhh! pergi sana cewek rese!" ujar Mahesa sambil mengacak-acak rambut Viona
"Gila lo! gue juga mau pergi kali!" balas Viona langsung pergi meninggalkan Mahesa
"Gausah dipikirin!" teriak Mahesa
Viona mengangkat jempolnya dari jauh.
Kini, Mahesa sendiri di taman ini. Ia menatap kosong tempat yang tadi di duduki oleh Viona, gadis yang berhasil merebut hatinya, lalu dengan mudah mengembalikan lagi padanya, tanpa membalas apa isi hatinya itu. Mungkin ini memang yang terbaik, dan harusnya dari awal ia tak usah menyatakan cintanya pada Viona. Ia berharap semoga saja persahabatannya tidak akan berakhir setelah kejadian ini, dan kembali seperti semula. Jika persahabatannya itu berakhir, ia akan sangat sangat menyesal! Kenapa ia malah menyatakan cintanya pada Viona?! Baginya, lebih baik ia terus bersahabat dengan Viona tanpa harus memilikinya, dengann begitu ia masih bisa menjaga dan menyayangi Viona bukan?
Mahesa menghembuskan napas beratnya dan berlalu meninggalkan taman yang menjadi saksi luka di hatinya saat ini.

---------------------



Huaaaa, sedih banget ini author buatnya, eh ngomong-ngomong part selanjutnya mau apa? tentang Viona sama Alvin? Zaza sama Aga? atau Al sama Ray? atau atau atau Silvia sama Stev?!!
Ah yasudah, author harap kalian para pembaca menempatkan jejak disini, komentar gitu^^. Jangan jadi silent reader! Haha.
Eh tapi yang lebih penting kalian jadi KEEP VISIT aja dah! terus baca cerbung ini yeaa!!
Muacch!!

Ohhiya, tolong promote ini cerbung ya, hehe. MAACIH!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar